KEMATIAN PENYAIR.
PERMAINAN MENYEMBUNYIKAN JARI TANGAN. Hoi, penyair hitam, larilah sejauh mungkin kalau bisa ke ujung dunia sekalipun lalu sembunyikan itu jari manusia, yang telah berubah menjadi tulang belulang, mengenang suara mesin tik di tengah gemuruh hujan, dan memenjarakan waktu yang enggan 'tuk melaju. Kisahmu akan lenyap bersama keheningan, bersama tembang sekar, tembang gulana. Ada luka, ada dendam. Berkaca-kaca ketika bibir dibungkam menjahit. Sebab Sang Penyair Hitam abadi seperti puisi. Bisikan-bisikan iblis menggerogoti isi hati, menghantam jiwa-jiwa manusia yang kelimpungan dalam kekalutan. Mereka yang berjarak mati dengan kita, pernah terbang tinggi mengucur luka sebelum kering dan berguguran. Kemudian kita lempar sebuah tanya untuk dirundingkan bersama. Apa yang lebih menipu dibanding sajak berima yang disempal bahala di dalamnya? — Ini mulut, Dik. Ada rongga yang bisa mengucurkan kata, ada rongga yang bisa menjulurkan dusta. Ini mulut, Dik. Kelancungan membius mata, kebohongan men...